A. Sumber
Cerita
Iklan Ramadhan Mandiri.
B. Unsur
Intrinsik
1.
Tema : Raih Kemenangan Sejati dengan Keikhlasan.
2.
Penokohan :
a.
Amir : Anak – anak, baik, suka menolong, suka
memberi ( berbagi ).
b. Mas Andi : Pemuda, baik, suka menolong, bersahaja, suka memberi, pengusaha.
c. Pak
Salman : Orang tua, baik, suka berbagi.
3. Latar :
a. Kapan
: Sore, Malam, Pagi.
b. Dimana
: Pasar, Jalan, Rumah, Masjid.
C. Pokok
– Pokok Cerita
1. Amir
ingin membeli sajadah di Pasar.
2. Mas
Andi melihat kesulitan yang dihadapi Amir.
3. Amir
menolong Mas Andi yang dompetnya ketinggalan.
4. Amir
membeli kolek di Pasar untuk berbuka puasa.
5. Amir
pulang ke rumah untuk bertemu Pak Salman.
6. Amir
bertemu Pak Salman di Jalan sedang takbiran.
7. Amir
dan Pak Salman bertemu Mas Andi di Jalan.
8. Mas
Andi memberikan sajadah kepada Amir.
9. Amir
menerima sajadah yang diberikan oleh Mas Andi.
10. Amir
memberikan sajadahnya kepada Pak Salman.
11. Amir
dan Pak Salman menuju ke Masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri.
12. Pak
Salman berbagi sajadahnya dengan anaknya.
13. Amir
dan Pak Salman melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid.
D. Pengembangan
Cerpen
Raih Kemenangan Sejati dengan
Keikhlasan
Petang itu di
Pasar ada seorang anak laki – laki yang bernama Amir. Ia ingin membeli sajadah
untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri.
Sambil berjalan
Amir menghampiri seorang penjual sajadah. Setelah sampai dipenjual sajadah.
Amir melihat – lihat dan memilih – milih sajadah, yang menurut ia bagus.
Setelah ia menemukan sajadah yang bagus dan tentu ingin membelinya. Ketika ia
bertanya kepada penjual sajadah.
“Bang ini
sajadah berapa harganya ?” ucap Amir, sambil memegang sajadah.
“Harganya 35
ribu Nak,” ucap penjual sajadah.
“Uangnya cuman
ada 11 ribu Bang, boleh nggak?” ucap Amir, sambil memegang uangnya.
“Nggak boleh,
cari tempat lain saja sana !” ucap penjual sajadah.
“Iya, Bang,”
ucap Amir, sambil mukanya sedikit kecewa.
Ketika Amir
mengalami kesulitan. Ada seorang pemuda yang bernama Mas Andi. Ia adalah
seorang pengusaha.
Mas Andi berada
di dalam mobil melihat kesulitan yang sedang dihadapi Amir. Ia pun teringat
pada waktu dompetnya ketinggalan ketika hujan yang sangat deras. Kemudian Amir
menolong Mas Andi yang dompetnya ketinggalan.
“Aduh dompetnya
ketinggalan?” ucap Mas Andi, sambil mencari – cari disaku celananya dan sambil
memegang payung.
“Sini Mas pinjem payungnya, biar saya saja
yang mengambilkan,” ucap Amir, sambil tersenyum dan seluruh badannya basah
kuyub.
“Iya sudah, iya
terima kasih Nak,” ucap Mas Andi, sambil memberikan payungnya kepada Amir dan
sambil tersenyum pula.
Ketika Mas Andi
teringat dengan kejadian dompetnya ketinggalan. Ia terus memperhatikan Amir.
Setelah Amir
pergi dari penjual sajadah, Mas Andi langsung membeli sajadah yang diinginkan
oleh Amir.
Setelah Amir
tidak bisa membeli sajadah, sambil berjalan ia langsung mencari penjual kolek.
Tak lama
berjalan, Amir menemukan penjual kolek. Ia langsung membeli kolek untuk berbuka
puasa.
“Bang koleknya
dua, berapa harganya?” ucap Amir, sambil memegang uangnya.
“Harganya satu
bungkus 2 ribu, jadi dua bungkus harganya 4 ribu Nak,” ucap penjual kolek,
sambil memberikan koleknya kepada Amir.
“Iya sudah, ini
uangnya Bang,” ucap Amir, sambil menerima kolek.
Setelah Amir
membeli kolek di Pasar untuk berbuka puasa. Ia berjalan menuju ke rumah untuk
bertemu orang tuanya.
* *
*
Tak terasa lama berjalan, Amir
bertemu orang tuanya yang bernama Pak Salman. Pak Salman sedang takbiran di
Jalanan.
Amir dan Pak Salman langsung
berjalan pulang menuju ke rumah.
Ketika Amir dan Pak Salman sedang
berjalan. Bertemu Mas Andi yang waktu itu pernah ditolongin oleh Amir, untuk
mengambilkan dompetnya yang ketinggalan pada saat hujan yang sangat deras.
Mas Andi memberikan sajadah yang
diinginkan oleh Amir. Ketika Amir ingin membelinya tapi uangnya kurang.
“Ini buat kamu, Nak ?” ucap Mas
Andi, sambil memegang sajadah dan menyodorkan sajadahnya kepada Amir.
“Iya, terima kasih Mas,” ucap Amir,
sambil tersenyum dan menerima sajadah yang dikasih oleh Mas Andi.
“Ini buat Bapak ?” ucap Amir,
sambil tersenyum.
“Iya, Nak,” ucap Pak Salman, sambil
tersenyum pula.
* *
*
Keesokan harinya terdengar suara
takbiran “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” suara takbiran
dikumandangkan.
Amir dan Pak Salman langsung menuju
Masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri.
Setelah sampai di Masjid, Amir dan
Pak Salman duduk dan Pak Salman berbagi sajadah dengan anaknya.
Amir dan Pak Salman pun
melaksanakan Sholat Idul Fitri dengan berjama’ah di Masjid.
0 komentar:
Posting Komentar